Blog...

Situs ini catatan waktu dan tempat, jejak-jejak pikiran dan perasaan, sekaligus cermin cekung pribadi.

Kembali...

Itu seperti halnya ketika seorang Raja mengutusmu ke sebuah negeri untuk sebuah misi, lalu engkau mengerjakan seratus pekerjaan lainnya, dan tak melakukan tugas yang engkau telah diutus untuk itu. (Rumi)

(Rada) Fobi Syariat

Beberapa hari yang lalu, ada berita dari Indramayu yang kontroversial. Gerah dengan berita video tidak senonoh pelajar di daerahnya, bupati setempat punya ide untuk memeriksa keperawanan siswi SMP/SMA.

Saya juga setuju keberatan mayoritas orang. Apa pun alasannya, akan lebih banyak dampak negatifnya daripada (sedikit) manfaat yang mungkin didapat.

Tapi yang aneh bagi saya, beberapa orang yang tidak setuju, dengan cepat menghubungkan ini dengan isu perda-perda syariat. Dibuatlah kasus ini sebagai alasan mengapa kita harus menolak perda “berbau” Islam.

Padahal sang bupati (dari cek-ricek sepintas di google) tidak punya maksud untuk bikin perda semacam itu. Walau pun bisa saja bupati yang diusung partai orde baru ini, sengaja membuat wacana “moralitas” seperti ini untuk menarik simpati kalangan Muslim.

Yang membuat sedih adalah, tampaknya masih ada ketakutan kita sendiri, muslim, untuk hidup dalam aturan agama. Ketidakpercayaan bahwa agama ini akan membawa rahmat bagi siapa saja.

Semoga ini hanya karena ketidakmengertian kita seperti apa seharusnya penerapan syariah itu sendiri.

Belajar-Mengajar

Frase ini biasa dipakai untuk proses yang berlangsung di kelas, atau di institusi pendidikan. “Belajar” subyeknya murid, “Mengajar” subyeknya guru. Obyeknya boleh lah kita sebut “ilmu”.

Meski sama-sama berkategori kata kerja aktif, dalam proses “Belajar-Mengajar” ini, murid yang belajar lebih berkonotasi pasif, menerima, ditransfer, diisi. Sedangkan guru bersifat aktif, member, mengisi.

Seperti itu kesan saya dulu. Sampai keaktifan di pertemuan pekanan rutin mau tidak mau memberi pengalaman bahwa ternyata dua kata itu ternyata hampir sinonim satu sama lain. Istilah ORBA dulu, adalah satu kesatuan, bulat utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan J.

Interaksi individu-individu dalam proses belajar-mengajar tersebut, setidaknya pada proses yang ideal, menghilangkan batas-batas aktif-pasif atau predikat guru-murid. Pada saat yang bersamaan, seseorang bisa menjadi murid dan guru sekaligus. Tidak ada batasan kuno, siapa yang memberi dan siapa yang menerima.

Yang ada kemudian adalah, siapa yang mau “mengambil” lebih banyak……